Meningkatkan Keterampilan Hidup Siswa Melalui Perpustakaan Sekolah

Meningkatkan Keterampilan Hidup Siswa Melalui Perpustakaan Sekolah[1]
Oleh : Arsidi[2]

1.      Pendahuluan
Kita semua menyadari bahwa kemajuan suatu bangsa amat bergantung pada kualitas sumber daya manusianya. Demikian pula dalam upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas tinggi tidak bisa lepas dari pendidikan. Kegiatan memajukan pendidikan di Indonesia telah dilakukan antara lain melalui peningkatan pendidikan yang diwujudkan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Pasal 1 menyebutkan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[3]
Perpustakaan sebagai  salah satu sarana dalam menunjang proses belajar dan mengajar di sekolah pada era seperti sekarang ini bukanlah merupakan unit kerja yang hanya menyediakan buku bacaan untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi murid, tetapi juga dituntut menjadi bagian yang integral dalam proses pembelajaran. Artinya, penyelenggaraan perpustakaan sekolah harus sejalan dengan visi dan misi sekolah dalam pengadaan bahan bacaan bermutu yang sesuai kurikulum, menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan bidang studi, dan kegiatan penunjang lain, misalnya berkaitan dengan peristiwa penting yang diperingati di sekolah. Selain itu perpustakaan harus mampu menjebatani siswa menemukan kebutuhan informasi dan dan pengetahuan serta meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada Era informasi seperti sekarang ini.
2.      Kendala-kendala
Dalam upaya meningkatkan keterampilan siswa melaui perpustakaan tentunya ada banyak hal yang harus dipersiapkan dan dilakukan, terlebih di era informasi seperti sekarang ini, dibutuhkan SDM Pustakawan yang handal, fasilitas yang lengkap, sarana teknologi yang memadai dan kebijakan yang berpihak terhadap pengembangan perpustakaan sekolah.
Berdasarkan sharing dan pendapat dari teman-teman pustakawan sekolah yang penulis temui di berbagai forum diskusi dan seminar maupun pelatihan, ada banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi. Berbagai permasalahan dan kendala terkait dengan pengembangan perpustakaan sekolah dapat penulis rangkum sebagai berikut :
1.      Peran Perpustakaan di sekolah belum maksimal
2.      Penganggaran atau pendanaan belum sesuai aturan
3.      Kebijakan Pimpinan yang kurang berpihak
4.      Kewenangan pustakawan dibatasi
5.      Kompetensi pustakawan sekolah yang kurang baik
6.      Promosi perpustakaan yang lemah
7.      Program perpustakaan yang kurang menarik
8.      Minat baca yang belum tinggi
9.      Belum adanya kerjasama yang baik antara guru dan pustakawan
10.  Tidak terselenggarakannya program pendidikan pemakai/library skill
11.  Sosial networking pustakawan sekolah masih rendah
12.  Kurangnya Pemahaman Pustakawan terhadap Literasi Informasi
13.  Kegemaran siswa nge”game” di HP / Internet
14.  Budaya dan minat baca siswa belum tinggi
15.  Pembelajaran di sekolah belum banyak melatih keterampilan siswa
16.  Perpustakaan belum dimaksimalkan untuk proses pembelajaran. [4]

Masih banyak lagi sebenarnya kendala yang dihadapi oleh teman-teman pustakawan sekolah lainnya yang, namun saya membatasi dari beberapa aspek yang menyangkut tema makalah ini yaitu Bagaimana Perpustakaan dapat meningkatkan keterampilan siswanya
3.      Kondisi Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka.[5] Sebagai sebuah institusi, keberadaan  perpustakaan  di sekolah  sudah seharusnya  menjadi  tempat  mencari segala sumber  informasi,  menumbuhkan  minat  dan budaya baca,  membantu  meningkatkan motivasi belajar, mendorong kebiasaan siswa belajar mandiri, dan tempat rekreasi dan tempat hiburan yang  sehat. Pernyataan  ini  cukup  beralasan  karena  perpustakaan sekolah  berfungsi  sebagai  sarana  edukatif,  informatif,  riset,  dan  rekreatif  bagi komunitas  sekolah. Namun  fungsi  ini  belum  berjalan  sebagai-mana  yang diharapkan  karena  tidak  semua  sekolah  mempunyai  perpustakaan,  sementara sekolah yang mempunyai perpustakaan juga belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan  tersebut.  Dari  pernyataan  di  atas  dapat  digaris  bawahi  bahwa  keadaan perpustakaan  sekolah  masih  belum  berkembang  dan  memerlukan  penanganan segera.
Perpustakaan ada karena institusi ini dibutuhkan oleh pencari informasi/pemustaka. Informasi dalam hal ini meliputi produk intelektual dan artistik manusia baik tercetak maupun dalam bentuk elektronik. Di dorong oleh kebutuhan informasi (information needs) oleh pemustaka, di mana mereka menginginkan hasil penelusuran secara cepat, tepat, dan mudah. Maka perpustakaan sebagai institusi yang bergerak dalam bidang ilmu pengetahuan dan informasi harus adaptif dan berubah seirama dengan perkembangan pemikiran dan kultur masyarakat pencari informasi tersebut. Kebutuhan akan informasi ini meliputi pencarian (seeking), penemuan (searching), dan pemanfaatan (using), istilah ini lebih dikenal dengan konsep “perilaku informasi” atau information behavior. Di sini jelas bahwa seseorang berperilaku karena terdorong oleh kebutuhan. Asumsi ini menjadi pondasi dari apa yang kita kenal dengan user-oriented paradigm yang bermuara pada user studies.[6] Namun yang terjadi di sekolah-sekolah perpustakaan dilayankan apa adanya tanpa ada perbaikan yang berarti oleh sekolah, sehingga yang terjadi peran perpustakaan belum dapat dirasakan oleh siswa dalam menunjang pembelajaran.
Terlebih perpustakaan  sekolah  pada  jenjang  pendidikan  dasar  dan  menengah ini  sangat  diperlukan  terutama  untuk  membantu  keberhasilan  proses  belajar mengajar  di  sekolah.  Tugas  utama  perpustakaan  jenis  ini  adalah  menunjang kurikulum,  sehingga  bahan-bahan  pustaka  harus  dikaitkan  dengan  kurikulum sekolah.  Hal  ini  sesuai  dengan  UU  RI  No.43  tahun  2007  tentang  Perpustakaan pada  pasal  23  ayat  1,  yaitu  setiap  sekolah/madrasah  menyelenggarakan perpustakaan  yang  memenuhi  standar  nasional  pendidikan,  dan  ayat  3  yang berbunyi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki koleksi lain yang mendukung pelaksanaan kurikulum pendidikan.

4.      Keterampilan Hidup Siswa
Pada era informasi dan teknologi dibutuhkan keterampilan dan kecakapan hidup yang lebih baik. Sehingga seorang siswa dituntut untuk memiliki bekal yang cukup dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya. Terlebih diberlakukannya kurikulum 2013 yang sebenarnya mengacu pada kukikulum pembelajaran Abad 21 yang memiliki karakteristik yang baik dalam rangka meningkatkan keterampilan hidup siswa dalam menghadapi permasalahan hidupnya di Abad ini.
Adapun keterampilan yang diperlukan siswa pada Abad 21 merujuk dari berbagai sumber adalah :
1.      Fokus pada peningkatan penguasaan akademik.
Penguasaan akademik diintegrasikan pada  isu global; finansial, ekonomi, dan kewirausahaan; kewarganegaraan; melek kesehatan, dan melek lingkungan.
2.      Meningkatkan keterampilan belajar dan berinovasi
Hal tersebut diakui sebagai sesuatu yang menentukan tingkat kesiapan siswa menghadapi kehidupan dan lingkungan pekerjaan yang semakin kompleks di abad 21. Kondisi ini dihadapi oleh siswa yang disiapkan maupun yang tidak disiapkan. Fokus penyiapan adalah meningkatkan  keterampilan esensial yaitu meningkatkan kreativitas-inovasi, berpikir kritis-pemecahan masalah, berkomunikasi-berkoloborasi untuk masa depannya.
  1. Keterampilan mendayagunakan informasi, media, dan teknologi informasi komunikasi (TIK).
Umat manusia abad ke-21 tinggal dalam genangan lingkungan media dan  teknologi sehingga membentuk karakteristik khas, termasuk: 1) memiliki akses ke banyak informasi, 2) beradaptasi pada perubahan perangkat teknologi yang berubah cepat, dan 3) kemampuan berkolaborasi  serta mengembangkan  kontribusi individu pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Agar hidupnya efektif di abad 21, maka orang harus menunjukkan kecakapan  fungsional dan berpikir kritis terhadap informasi, media dan teknologi.
  1. Hidup dan Berketerampilan Karir
Lingkungan kehidupan yang kompleks, dunia kerja yang semakin kompetitif di era informasi global mengharuskan siswa untuk lebih memperhatikan pengembangan kemampuan hidupnya dan keterampilan berkarir. Siswa memiliki kecakapan mengembangkan daya fleksibilitas dan daya adaptasi terhadap perubahan yang cepat.
Keterampilan abad ke-21 yang siswa asah harus bersifat  interdisipliner, terintegrasi, berbasis proyek, hingga mengaplikasikan keterampilan terbaik untuk bertahan hidup. Tony Wagner dalam bukunya Global Achievement Gap menyatakan bahwa ada 7 keterampilan utama yang wajib siswa kuasai agar bertahan hidup dan beradaptasi dengan perubahan, yaitu:
  1. Terampil berpikir kritis dan memecahkan masalah.
  2. Kolaborasi berbasis jaringan dan memimpin dengan pengaruh.
  3. Mampu mengubah arah dan bergerak secara cepat dan efektif dan beradaptasi.
  4. Memiliki daya inisiatif dan berkewirausahaan
  5. Bicara dan memiliki kemampuan menulis secara efektif.
  6. Mengakses dan menganalisis informasi.
  7. Bersikap selalu ingin tahu dan berimajinasi[7]
5.      Program Perpustakaan Kedepan
Untuk mengembangkan sejumlah keterampilan itu, maka perpustakaan sekolah perlu mengantisipasi berbagai langkah program dan kegiatan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan siswa, meningkatkan pengetahuan siswa dan keterampilan guru, dan memfasilitasi proses pembelajaran agar sekolah dapat memastikan bahwa target mutu yang diharapkannya terwujud.
Adapun program yang dapat dilaksanakan oleh perpustakaan sekolah pada era informasi dan teknologi seperti sekarang ini diantaranya adalah :
1.      Program Library Skills, meliputi pengenalan perpustakaan dan bagaimana mengakses perpustakaan beserta cara penggunaan material yang ada di perpustakaan, program ini adalah pengembangan dari program pendidikan pemakai
2.      Program Information Literacy, Program ini belum banyak dilakukan oleh perpustakaan sekolah, walaupun dalam standar nasioanal perpustakaan maupun dalam pedoman penilaian kepala perpustakaan sekolah sudah banyak disebutkan, namun dalam kenyataannya belum dilakukan, padahal jika kita menengok Negara maju seperti di Amerika, Australia, Inggris, di sekolah-sekolah sudah diajarkan literasi informasi oleh seorang teacher librarian.
3.      Program Technological Skills , sebuah program yang memfasilitasi para siswa untuk memanfaatkan teknologi untuk medukung belajar dan penggunaan sarana teknologi yang ada.contohnya membuat pembelajaran dengan menggunakan fasilitas game dengan internet/computer.
4.      Program Information Skills, sebuah program yang mengajarkan kepada siswa bagaimana mengakses informasi yang mendukung kebutuhan informasi.
5.      Program membuat Komunitas Pecinta perpustakaan,Magang di perpustakaan, Pustakawan kecil untuk anak SD, yaitu sebuah program pendekatan minat baca melalui siswa dengan berbagai kegiatan.
6.      Program Teacher-Librarian, sebuah program mendidik pustakawan memiliki kemampuan mengajar, atau sebaliknya mendidik guru memiliki keterampilan perpustakaan. Walaupun ini belum diakui di Indonesia, namun profesi ini di Negara tetangga kita sudah berjalan puluhan tahun yang lalu.[8]
Masih banyak program lain yang penulis yakin beberapa perpustakaan sudah melakukannya (contohnya Program minat baca, jumpa penulis, bedah buku, lomba menulis cerpen, pelatihan menulis, mading, gerakan membaca, dll), yang prinsipnya program tersebut dapat meningkatkan keteampilan siswa menghadapi abad 21 yang semakin maju dari sisi ilmu pengetahuan dan teknologi.
6.      Penutup
a.      Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah penulis sampaikan tersebut maka dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.  Perpustakaan  sebagai  sumber  informasi  di  sekolah  memiliki  peran  yang penting dalam menunjang kegiatan belajar mengajar terlebih diberlakukannya kurikulum 2013.
2. Keberadaan perpustakaan sekolah seharusnya menjadi tempat mencari sumber informasi,  menumbuhkan  minat  baca,  membantu  menggairahkan  semangat belajar, mendorong membiasakan siswa belajar mandiri, dan memberi hiburan yang sehat.
3. Perpustakaan sekolah yang ideal harus mengacu kepada standar sarana dan prasarana, serta standar nasional perpustakaan yang telah dibuat oleh pemerintah.
4. Alternatif upaya pemecahan problematika perpustakaan sekolah yaitu dengan memberdayakan  unsur-unsur  manajemen  yang  ada  pada  lembaga   sekolah. Agar  efektif  dan  efisien,  pengaturan  staf  (staffing),  pengarahan  (directing), dan  pengendalian  dalam  mencapai  tujuan  perpustakaan  sekolah,  harus mengacu kepada fungsi manajemen yang mencakup perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing) ,(controlling). Dengan pengelolaan (manajemen) perpustakaan yang baik akan dapat menarik perhatian warga sekolah, sehingga mereka senang berkunjung dan memanfaatkan   perpustakaan sekolah sehingga keterampilan para siswa akan meningkat.

b.      Saran
Untuk menutup tulisan ini saran yang dapat penulis kemukakan dalam rangka mencari pemecahan dari problematika perpustakaan sekolah agar dapat meningkatkan keterampilan siswa adalah :
1.   Pemerintah  wajib  memperhatikan perpustakaan  di  setiap  sekolah sesuai dengan standar pedoman dan peraturan yang ada, termasuk didalamnya mengangkat kepala perpustakaan dan pustakawan profesional yang sesuai dengan standar tenaga perpustakaan sekolah /madrasah.
2.  Perlu adanya kebijakan dari kepala sekolah, komite sekolah, kepala dinas, dan pemda untuk memajukan perpustakaan sekolah, termasuk dalam pendanaan/penganggaran yang sudah ditegaskan dalam UU Perpustakaan.
3.  Perlu ada koordinasi dan kerjasama antara pustakwan dan guru sertawarga sekolah yang lain untuk meningkatkan pemanfaatan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar dan pusat pengetahuan yang menyenangkan.
4. Perlu kepedulian dan partisipasi dari warga sekolah untuk memajukan perpustakaan sekolah.
5. Kepala perpustakaan dan pustakawan perlu membuat program untuk meningkatkan kompetensinya.
6. Guru dan tenaga kependidikan lainnya hendaknya mengarahkan peserta didik untuk lebih memanfaatkan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar untuk memperoleh informasi yang mereka inginkan.
7.  Kepala perpustakaan/pustakawan seharusnya selalu  menempuh beberapa jalan agar  koleksi bertambah.
Demikian beberapa hal yang dapat penulis simpulkan dalam makalah ini, besar harapan bahwa perpustakaan sekolah di Indonesia, khusunya di DIY menjadi perpustakaan yang mampu berperan secara maksimal dalam menunjang proses pembelajaran dan proses secara aktif melakukan pembinaan terhadap siswa agar menjadi siswa yang memiliki kecakapan dan keterampilan hidup sehingga akan mudah dalam menghadapi kemajuan hidup yang semakin banyak tantangan.

DAFTAR PUSTAKA

ATPUSI, 2013. Rekomendasi Konerensi Internasional Tenaga Perpustakaan Sekolah, diakses dari http://atpusi.or.id
Depdiknas. 2008. Permendiknas No. 25 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah /Madrasah.
Marmoah, Sri. 2009. Problematika Perpustakaan Sekolah Pada Pendidikan Dasar. Jurnal Tenaga Kependidikan, Vol. 4, No. 1, hlm. 68-71.
Putubuku. Informasi : dibutuhkan, diinginkan, diperlukan.
Presiden RI. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang  Perpustakaan.
Rachmananta, 2006. Pedoman Perpustakaan sekolah IFLA/UNESCO diunduh di http://www.ifla.org/VII/s11/pubs/school-guidelines.htm.
Soelistia, dkk, 1995. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Jakarta: UniversitasTerbuka, Depdikbud.
UU RI No.43/2007 Tentang Perpustakaan BAB I Pasal 1 Ayat 1
Yusuf, Pawit M. & Yaya Suhendar. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Kencana.
Wagner, 2008. “ Global Achievement Gap” , New York : Basic Book


[1] Disampaikan dalam acara Sarasehan Minat Baca dan Musda Forum Perpustakaan Sekolah Indonesia(FPSI) DIY yang diselenggarakan oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY pada tanggal 30 September 2013 di Hotel Grage Malioboro Yogyakarta
[2] Pustakawan SMAN 1 Yogyakarta, Ketua ATPUSI 2010-2014 dan juga Sekretaris FPSI DIY Periode 2009-2012
[3] Rachmananta, 2006. Pedoman Perpustakaan sekolah IFLA/UNESCO diunduh di http://www.ifla.org/VII/s11/pubs/school-guidelines.htm
[4] Berdasarkan hasil diskusi pustakawan sekolah se-Indonesia yang kemudian dibuat rekomendasi yang dikeluarkan ATPUSI dalam acara konferensi pustakawan sekolah di Bali, 30 Agustus 2013 , Rekomendasi lengkapnya dapat dilihat di http://atpusi.or.id
[5] UU RI No.43/2007 Tentang Perpustakaan BAB I Pasal 1 Ayat 1
[6]Putubuku. Informasi : dibutuhkan, diinginkan, diperlukan.

[7] Wagner, 2008. “ Global Achievement Gap” , New York : Basic Book
[8] Penulis simpulkan dan penulis ringkas dari materi yang disampaikan dalam Konfrensi International Association School Librarianship(IASL) di Bali pada tanggal 26-30 Agustus 2013.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Literasi Informasi: Kunci kemajuan yang terbuang

Strategi Dan Implementasi Literasi Informasi Di Sekolah

SELEKSI PUSTAKAWAN BERPRESTASI TINGKAT NASIONAL TAHUN 2010