PEMBERDAYAAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SOLUSI DALAM MELEJITKAN PRESTASI
PEMBERDAYAAN
PERPUSTAKAAN SEBAGAI SOLUSI DALAM MELEJITKAN PRESTASI[1]
Oleh : Arsidi[2]
A.
Pendahuluan
Kualitas pendidikan kita sulit beranjak dari
keterpurukan selama minat baca dan dunia perpustakaan tidak dibangun dan diurus
dengan sungguh-sungguh . Mutu Pendidikan kita tidak bisa lepas dari rendahnya
minat baca. Banyak indikasi yang menggambarkan terpuruknya kualitas pendidikan
kita. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan kita.
Melalui pengembangan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, pengadaan dan
perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, salah satunya dengan peningkatan
mutu manajemen sekolah. Namun ada satu hal mendasar yang belum menjadi
perhatian khusus oleh banyak pihak, yaitu rendahnya minat baca.
Programme for International
Student Assessment/PISA (2009) menunjukkan skor rata-rata kemampuan membaca
remaja Indonesia adalah 402, di bawah skor rata-rata negara Organization for
Economic Cooperation and Development (493). Indonesia menempati peringkat ke-58
dari 65 negara peserta studi PISA 2009. Dengan begitu, Indonesia berada di
bawah Montenegro (408), Yordania (405), dan Tunisia (404).[3]Sungguh memprihatikan. Masih berdasarkan studi PISA dari enam tingkatan
(level) kemampuan membaca, dan menghubungkan satu atau banyak informasi, baik
yang bertalian maupun bertentangan, lebih dari 50 persen siswa Indonesia berada
pada level ke-2. Adapun kemampuan menafsirkan dan memadukan informasi skornya
hanya 399 atau peringkat ke-56 dari 65 negara. Bagaimana dengan tingkat
kemampuan memadukan atau menginterpretasikan informasi? Lebih parah lagi. Lebih
dari 50 persen siswa Indonesia menempati peringkat di bawah level ke-2.[4]
Barangkali, Inikah salah satu akar
permasalahan terpuruknya pendidikan kita? Karena rendahnya minat baca
menjadikan kebiasaan membaca yang rendah, dan kebiasaan membaca yang rendah
menjadikan kemampuan membaca juga rendah, yang dampak terburuknya adalah rendahnya
kemampuan dan budaya belajar. Rendahnya minat baca, tentu tidak hanya sebatas
masalah kuantitas dan kualitas buku saja, melainkan terkait juga pada banyak
hal yang saling berhubungan. Misalnya, mental anak dan lingkungan
keluarga/masyarakat yang tidak mendukung. Sekarang para orang tua kesulitan
membangkitkan minat baca anak karena gencarnya kehidupan dibombardir[5] oleh media informasi dan hiburan elektronik. Anak lebih suka nge-game di
Play Station atau melalui HP sedangkan orang tua lebih suka nongkrong untuk
santai ngerumpi atau menonton acara televisi daripada menunggui anak belajar.
Para pakar pendidikan berpendapat, untuk
meningkatkan kualitas pendidikan secara umum, salah satu jalan yang ditempuh
adalah meningkatkan minat baca. Upaya meningkatkan minat baca akan efektif jika
dimulai sejak dini, saat masih usia anak-anak. Sekolah melalui pemberdayaan
perpustakaannya, memiliki peran besar dalam membina, membiasakan dan
mefasilitasi agar minat baca tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Namun
apa yang kita temui di sekolah-sekolah kita, banyak SD (bahkan SMP dan SMA) masih
ada yang tidak memiliki ruang khusus untuk perpustakaan dan tidak memiliki
petugas khusus yang mengelola perpustakaan. Dengan demikian, wajar saja kalau
siswa kita tidak terasah kemampuan membacanya karena memang tidak
terfasilitasi. Cobalah kita merenung, barangkali rendahnya mutu pendidikan di
negeri ini terkait dengan keteledoran kita menelantarkan perpustakaan dan meminimalisir
fungsi perpustakaan dalam membangkitkan masyarakat belajar di lingkungan
sekolah. Perpustakaan Sekolah merupakan tempat siswa memperoleh bahan bacaan/
informasi yg sangat diperlukan bagi pengembangan kecerdasan dan kedewasaannya.
Apabila perpustakaan dapat berfungsi dan diberdayakan dengan optimal maka
siswapun pasti juga akan berdaya, lebih cerdas, lebih berwawasan dan lebih
berkemampuan. Dalam kondisi seperti ini berarti pula akan meningkatan mutu
pendidikan. Misi Utama Perpustakaan adalah menyediakan layanan dan pemberdayaan
koleksi bahan pustaka. Terlaksananya misi tersebut sangat bergantung pada
kondisi berkembangnya minat dan kebiasaan membaca, tetapi sebaliknya minat dan
kebiasaan membaca juga hanya dapat berkembang manakala tersedia fasilitas bahan
bacaan yg memadai, sesuai, cukup, menarik utk dibaca dan mudah diperoleh calon
pembacanya. Disinilah pentingnya peran Perpustakaan Sekolah.
B. Pentingnya perpustakaan
Perpustakaan sekolah merupakan bagian
integral dari sekolah/madrasah, perpustakaan memiliki peran sangat vital dalam
mendukung pencapaian keberhasilan belajar siswa di sekolah/madrasah. Dari
perpustakaanlah guru akan efektif meningkatkan minat baca yang berarti memacu
motivasi belajar siswa. Jika minat baca ini sudah terbangun maka prestasi
belajar yang kita inginkan ”ibarat makanan, sudah di depan mulut”. Betapa
pentingnya perpustakaan, sebagaimana jantung kita itulah semestinya fungsi
perpustakaan sekolah. Telah banyak kita ketahui bersama bahwa manfaat
perpustakaan sekolah adalah, antara lain :
1. Menumbuhkan kecintaan siswa terhadap “membaca”
2. Memperkaya pengalaman belajar siswa
3. Menanamkan kebiasaan belajar mandiri
4. Mempercepat proses penguasaan teknik membaca.
5. Membantu siswa untuk memiliki kemahiran dan keterampilan dalam memilih
dan mempergunakan bahan pustaka(library
skills), sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang tepat dan baik di
dalam kehidupannya;
6. Membantu perkembangan kecakapan berbahasa
7. Melatih siswa ke arah tanggungjawab, tidak plagiat
8. Membantu siswa mengembangkan sikap-sikap sosial dalam pengalaman
mereka menggunakan perpustakaan secara tertib
9. Membantu guru menemukan sumber-sumber pembelajaran
10. Membantu siswa, guru dan pegawai sekolah mengikuti perkembangan
informasi serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Secara ideal perpustakaan sekolah harus dapat
memenuhi fungsi edukatif, informatif, riset dan rekreatif. Fungsi dan manfaat
itu meskipun sudah lama kita ketahui namun sayang masih banyak belum kita
sadari. Ini dapat kita lihat dari kondisi umum perpustakaan kita. Perpustakaan
banyak dipandang sebelah mata, masih banyak sekolah menempatkan program
perpustakaan di prioritas buncit.[6] Nasib hidupnya di pojok-pojok pekarangan/bangunan atau sisa-sisa ruangan
yang tidak terpakai plus lembab dan gelap. Kalaupun punya gedung dan buku yang
dibilang cukup memadai namun tidak disertai manajemen pengelolaan yang
semestinya, karena alasan kekurangan SDM, dana dan sebagainya. Agar
meningkatkan kesadaran dan komitmen kita untuk peningkatan kualitas pendidikan,
disamping kita belajar dari kegagalan pendidikan kita, marilah terus
mengembangkan upaya agar minat baca dan budaya belajar peserta didik kita ini
mengalami peningkatan (atau bahkan lompatan). Tidak lain dengan membangun,
mengembangkan dan memberdayakan perpustakaan sekolah. Apalagi pembelajaran yang
di kembangkan saat ini ditekankan dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa,
pembelajaran aktif yang multi metode dan multi akses. Pembelajaran yang
demikian memerlukan perpustakaan sekolah yang representatif. Oleh karena itu
perpustakaan harus dikembangkan dan diberdayakan. Dalam model active learning
itu, setiap mata pelajaran harus didukung dengan bahan-bahan yang ada di
perpustakaan. Setiap guru mata pelajaran, harus mengkondisikan senantiasa
merujuk sekaligus mengembangkan pembelajaran melalui perpustakaan. Dengan
demikian tidak ada mata pelajaran yang tidak membutuhkan perpustakaan.
C. Persoalan Umum Perpustakaan
Sekolah
Melalui tulisan ini ijinkan saya berbagi
pengalaman dengan memaparkan apa persoalan umum yang dihadapi oleh sekolah dan
strategi dan langkah-langkah apa yang sudah dilakukan SMA Negeri 1 Yogyakarta
dalam rangka membangun dan memberdayakaan perpustakaan sekolah. Berikut adalah
beberapa masalah yang secara umum dihadapi oleh sekolah :
- Manejemen sekolah yang kurang mementingkan keberadaan perpustakaan di sekolah. Hal ini berdampak kurang kuat dan solidnya dukungan manajemen sekolah bagi tumbuh-kembangnya perpustakaan, sehingga alokasi dana untuk pengembangan perpustakaan dari sekolah pun tidak memadai bahkan bisa tidak ada alokasi anggaran khusus.
- Kurangnya SDM pengelola yang sesuai bidang keilmuannya. Petugas perpustakaan banyak yang bukan seorang pustakawan atau tenaga yang terdidik/terlatih dengan kemampuan yang relevan, sehingga pengelolaan kurang profesional.
- Ruang dan fasilitas yang kurang memadai/representatif serta koleksi buku bahan bacaan yang pada umumnya masih dominan pada buku-buku paket. Buku-buku selain buku paket masih dalam jumlah yang sangat terbatas. Dengan kondisi tersebut, perpustakaan belum mampu menampilkan empat fungsi perpustakaan ideal (informasi, referensi, rekreasi, dan riset) sehingga perpustakaan belum menjadi pilihan favorit siswa dan guru.
- Kenyataan rendahnya minat baca para siswa
- Mata pelajaran yang ada tidak mampu menampung melimpahnya buku bacaan pengembangan wawasan yang populer
- Menjamurnya penerbitan buku ajar baru yang selalu berlebel “sesuai kurikulum terbaru” tetapi isinya banyak yang tidak sesuai atau dikurangi disebabkan untuk menekan harga jual.
- Belum semua guru dan pegawai memiliki kesadaran akan pentingnya peran perpustakaan dalam mendukung keberhasilan belajar siswa.
- Sedikitnya forum efektif tempat berkumpulnya para pustakawan dan pengelola perpustakaan sekolah untuk berbagi pengalaman dan memelihara motivasi.
Berikut ini strategi dan langkah-langkah yang dilakukan SMA Negeri 1
Yogyakarta dalam upaya mengatasi masalah
tersebut.
Untuk meningkatkan keberpihakan manajemen sekolah pada pengelolaan dan pengembangan perpustakaan, antara lain dengan cara :
Untuk meningkatkan keberpihakan manajemen sekolah pada pengelolaan dan pengembangan perpustakaan, antara lain dengan cara :
- Pengelola perpustakaan diposisikan secara struktural langsung di bawah kepala sekolah
- Terjaminnya anggaran rutin perpustakaan dengan mengalokasikan anggaran rutin yang memadai dalam Rencana Anggaran Pendapatan Sekolah(RAPBS), kalau memnugkinkan masuk dalam tim penyusun RAPBS.
- Perlu penyusunan dan penetapan Rencana Strategis (RENSTRA) pengembangan perpustakaan secara berkesinambungan.
- Otonomi Perpustakaan dalam hal pengelolaan.
- Penempatan tenaga Perpustakaan yang unggul sebagai pengelola, tidak sekedar pengelola perpustakaan dan tidak memiliki pendidikan perpustakaan
- Melakukan kegiatan promosi perpustakaan kepada siswa dan guru melalui kegiatan Literasi Informasi dan pendidikan pemakai.
- Mendorong aktivitas pembelajaran di perpustakaan
- Mengalokasikan dana minimal 5% dari RAPBS
2. Untuk mengatasi kurangnya SDM pengelola yang sesuai bidang keilmuannya,
dilakukan dengan :
- Menugaskan guru yang latar belakang pendidikannya lebih dekat dengan profesi pustakawan serta memiliki kepedulian pada perpustakaan untuk mengikuti Diklat, seminar, workshop bidang perpustakaan.
- Merekrut SDM lulusan Jurusan Ilmu Perpustakaan.
- Mengirim pengelola perpustakaan pada pelatihan-pelatihan tentang perpustakaan atau pelatihan yang relevan.
- Bekerjasama dengan berbagai pihak seperti Perguruan Tinggi dalam bentuk penempatan PKL atau penyelesaian tugas akhir yang terkait dengan perpustakaan sehingga banyak manfaat yang dapat diperoleh.
- Studi banding ke beberapa perpustakaan tingkat SMA/SMK/MA di perpustakaan yang bisa memberikan inspirasi kemajuan dalam mengembangkan perpustakaan
- Menempatkan perpustakaan di tempat yang paling strategis.
- Mendesain tata ruang perpustakaan menjadi tempat yang paling menarik dan nyaman dengan warna yang cerah dan bergaya remaja, hidup dan bernenergi dengan difasilitasi sarana audio yang menyuguhkan musik instrumental penjaga stamina dan pemicu kerja otak. Sehingga membuat orang yang masuk ruang perpustakaan menjadi lebih segar dan terdorong untuk segera mengambil bacaan dan mendapatkan tempat yang santai.
- Menyediakan ruang –ruang yang berfungsi memberikan layanan yang nyaman kepada pemustaka
- Menyediakan koleksi bacaan selengkap mungkin agar dapat memenuhi sebagian besar keinginan pembaca.
- Menambah koleksi Perpustakaan dengan buku – buku pemicu minat baca, belangganan media harian, majalah, tabloid, dan lain-lain.
- Pelayanan prima yakni layanan yang santun dan simpatik
- Kolaborasi dengan guru dalam pemanfaatan perpustakaan dalam proses pembelajaran
- Mendorong aktivitas pembelajaran di perpustakaan dengan berbagai upaya
- Membuat program unggulan dalam melejitkan perpustakaan dan kecintaan kepada buku
- Menambah jam pelayanan sampai sore jam 17.00 WIB
- Menambah jam istirahat ke II dari 15 menit menjadi 30 menit.
- Melakukan Promosi dan sosialisasi melalui program kegiatan, leaflet, brosur, poster,stiker , tas, pulpen, dll.
- Meningkatkan kenyamanan ruang dengan dipasang AC dan ada iringan music klasik
- Melakukan pelayanan dengan sistem otomasi/komputerisasi Perpustakaan dengan menggunakan software, di Perpustakaan SMAN 1 Yogyakarta digunakan software IBRA Versi 5 untuk perpustakaan digital dan software SISKO untuk sirkulasi.
- Memiliki fasilitas layanan perpustakaan digital online berupa koleksi ebook, audio, video, dll sehingga mamungkinkan mengakses koleksi dari manapun dan kapanpun.
4. Untuk upaya mengatasi rendahnya minat baca di tengah melimpahnya buku
bacaan pengembangan wawasan, kiat yang dilakukan adalah dengan menyelenggarakan
kegiatan dalam bentuk ajakan kepada warga sekolah, misalnya kita mengundang
pengarang buku, motivator, mengadakan lomba menulis cerpen, lomba resensi dan
lain-lain
5. Menjamurnya penerbitan buku ajar baru yang selalu berlebel “sesuai
kurikulum terbaru” jika tidak dihadapi dengan kompak oleh guru dan perpustakaan
akan juga menimbulkan persoalan. Oleh karena itu untuk menyikapi masalah ini
Perpustakaan SMAN 1 Yogyakarta bekerjasama dengan Wakil Kepala Urusan Kurikulum
dan wakil Kepala Sarana Prasarana, memfasilitasi guru dengan penyediaan
koleksi. Dilaksanakan bersamaan dengan ulangan umum semester atau pada waktu
tertentu yang mengharuskan. Hasil telaah para guru mata pelajaran sejenis ini
kemudian menjadi bahan Rekomendasi pemilihan (pembelian) buku ajar bagi siswa
atau perpustakaan Sekolah. Sehingga dibuat kebijakan pengembangan koleksi.
6. Untuk meningkatkan kesadaran guru dan pegawai akan pentingnya peran
perpustakaan dalam mendukung keberhasilan belajar siswa
- a) Mendorong para guru untuk menggunakan perpustakaan sebagai sarana pembelajaran tidak hanya untuk siswa salah satunya dengan pelatihan literasi informasi bagi guru
- b) Mendorong para guru untuk menggunakan Studi Literatur dan sarana pembelajaran
- c) Pemberian reward bagi guru dan karyawan yang aktif mengunjungi perpustakaan.
- d) Memberikan contoh / teladan membaca di perpustakaan
- e) Kepala sekolah melakukan Penetapan Jam wajib kunjung dan baca dengan program bagi semua siswa, guru dan pegawai.
7. Sedikitnya forum yang efektif ebagai tempat berkumpulnya para guru, pustakawan
dan pengelola perpustakaan sekolah untuk berbagi pengalaman akan berdampak pada
melemahnya semangat dan motivasi para pengelola perpustakaan, bahkan para
pimpinan sekolah/madrasah karena kurangnya masukan. Hal ini oleh SMAN 1 Yogyakarta diatasi dengan mengikutkan pustakawannya
dalan organisasi profesi pustakawan yang ada di Yogyakarta seperti FPSI, ATPUSI
dan IPI. Berbagai upaya tersebut oleh para pengelola SMA Negeri 1 Yogyakarta
disarikan menjadi 10 butir strategi yang kemudian dipopulekan dengan “10 Langkah Meningkatkan Minat Baca Di SMA Negeri 1 Yogyakarta”.[7] Selain berbagai upaya tersebut, SMA Negeri 1 Yogyakarta juga menggandeng
dan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk mendukung program
pengembangan dan pemberdayaan perpustakaan ini, mulai dari siswa, Guru, Tata
Usaha, Kelompok kerja Guru (MGMP), Organisasi IPI, FPSI, GPMB,ALUS, penerbit, tokoh masyarakat, sekolah dan
sekolah lain, Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota (Arpusda), Perpustakaan Provinsi (BPAD), Dinas
Pendidikan, maupun Perguruan Tinggi dan
pada tahun 2011 Perpustakaan SMAN 1 Yogyakarta tergabung dalam Jogja Library
For All (JFLA) sebuah jaringan kerjasama silang layan dengan 21 perpustakaan
se-DIY.
SMA Negeri 1 Yogyakarta juga mengambil
inspirasi pengembangan dari buku-buku pemicu minat baca maupun dari dunia
internet. “Agar Perpustakaan Tak Jadi Kuburan”, kata Hernowo memberikan istilah di mizan.com. Menurutnya mendirikan
bangunan fisik sebuah perpustakaan dan kemudian mengisinya dengan buku-buku
bermutu adalah langkah awal yang sangat perlu. Yang lebih penting lagi setelah
itu adalah bagaimana agar perpustakaan dapat menjaga keberadaannya dengan
kegiatan-kegiatan yang menggairahkan berkaitan dengan buku, yaitu menarik dan
meningkatkan minat dan kebiasaan membaca. Beberapa trik alternatif
"menghidupkan" perpustakaan patut dicoba untuk dilakukan, antara lain
:
1. Menempel poster
orang-orang yang sukses lantaran kesuksesan itu mereka raih lewat membaca buku.
2. Menempel poster
para penulis yang telah berhasil mewarnai dunia dengan karya-karya tulisnya.
3. Ada kegiatan
membaca dan menulis yang saling melengkapi dan mendukung.
4.
Menyediakan
bahan bacaan yang lengkap, kaya, dan beragam, yang tak hanya buku.
5. Ada teladan (role model) baca-tulis di perpustakaan
yang dapat dilihat oleh pengunjung perpustakaan setiap hari.
6. Dilaksanakan
pelatihan peningkatan keterampilan baca tulis untuk semua kalangan.
7. Ada tokoh
masyarakat yang dihadirkan ke perpustakaan, dan tokoh itu memiliki minat dan
perhatian yang besar terhadap tumbuh-berkembangnya kegiatan baca tulis di
masyarakat luas.
Kemudaian yang mungkin menjadi pertanyaan
pembaca sekalian adalah Apakah dampak dari berbagai upaya tersebut bagi
peningkatan kualitas pendidikan di SMA Negeri 1 Yogyakarta?
Berikut ini secara ringkat saya sampaikan hasil
kegiatan SMA Negeri 1 Yogyakarta baik yang dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung. Penyediaan dan layanan informasi yang dilakukan oleh SMA Negeri
1 Yogyakarta, terutama ditujukan untuk mendukung proses pembelajaran.
Keberhasilan atas kinerja tersebut dapat dilihat pada pencapaian sejumlah data
misalnya:
1. Peningkatan jumlah pengunjung dan peminjam buku perpustakaan
2. Suasana kehidupan sekolah
a. Aktivitas pembelajaran di perpustakaan semakin sibuk
b. Kegiatan ekstrakurikuler berbasis perpustakaan. Dalam kegiatan
keseharian, koleksi perpustakaan dimanfaatkan juga untuk kegiatan
ekstrakurikuler (ekskul), seperti: Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Jurnalistik,
dan Klub Teladan Cinta Baca (TINTA)
c. Kelompok Belajar
d. Browsing internet, akses internet gratis dan perpustakaan memfasilitasinya
e. Banyaknya kejuaraan dalam bisang olimpiade sains tingkat Nasional maupun
Internasional
f. Meningkatnya keterampilan literasi informasi
3.Kemampuan Membaca dan Menulis
Keberhasilan program perpustakaan untuk
aktivitas ini tercatat sebagai prestasi dan dipublikasikan di perpustakaan,
berupa trofi maupun dokumentasi foto kegiatan dan karya. Wujud penguasaan ini
berupa data statistik peminjaman buku yang menunjukkan peningkatan. Sementara
aktivitas menulis siswa dan guru dimuat dalam media intern sekolah maupun media
umum. Media tersebut antara lain majalah dinding (mading) kelas, mading sekolah,
majalah Kreatif, lomba penulisan resensi buku (rutin setahun sekali), lomba
menulis cerpen. Majalah Horison, Koran Tempo, SKH Kedaulatan Rakyat, Republika,
dan Suara Pendidikan.
4. Prestasi Lomba dan Sekolah (Juara 1 E-Learning tingkat Nasional 2011, Siswa
berprestasi, Guru berprestasi, Debat Bahasa Inggris, dll) itu semua tidak lepas
dari peran perpustakaan.
5. Prestasi Belajar
Kenaikan nilai input – output siswa SMA Negeri 1 Yogyakarta. • Persentase kelulusan dari tahun ke tahun
meningkat tajam. • Persentase siswa ke Perguruan Tinggi terus meningkat tahun
2012 tercatat 98 % masuk di PTN.
6. Tahun 2008 terpilih sebagai
Juara 1 (PERPUSTAKAAN SEKOLAH TERBAIK) pada Lomba Perpustakaan Sekolah antar
SMA/MA/SMK tingkat Provinsi DIY .
7. Tahun 2010 salah seorang pustakawan SMAN 1 Yogyakarta berhasil
terpilih menjadi Pustakawan berprestasi terbaik provinsi DIY dan menjadi
pustakawan berprestasi tingkat nasional
8. Pada tahun 2011 perpustakaan SMAN 1 Yogyakarta juga telak memperoleh
sertifikat Akreditasi perpustakaan sekolah dengan nilai A.
D. Visi, Misi dan Renstra
Perpustakaan itu penting.
Untuk menentukan arah pengembangan dan
menjaga kelangsungan dan kesinambungan program, visi, misi dan Renstra perlu
disusun bersama oleh seluruh komponen sekolah, sehingga semua merasa memiliki
dan turut bertanggungjawab atas pencapaiannya. Visi-Misi perpustakaan sebagian
besar sekolah mungkin sudah menyusun, namun renstra perpustakaan belum tentu
disusun karena berbagai alasan. Berikut sekedar contoh visi-misi tersebut.
Visi, Misi dan Motto Perpustakaan SMA Negeri 1 Yogyakarta
VISI : Menjadi Perpustakaan Sekolah yang mampu
memberikan pelayanan Informasi dan Pengetahuan yang efektif,efisien,cepat dan
tepat,sehiungga mampu menjadi penopang keberhasilan pendidikan di sekolah.
MISI :
1.Meningkatan pelayanan pemakai dalam bentuk memberikan pelayanan
yang mudah
2.Meningkatan sarana penunjang untuk pelayanan pemakai.
3.Meningkatan Sumber Daya Manusia dengan pengikutsertaan
pengelola dalam setiap kegiatan kepustakaan.
4.Menyediakan sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang
dapat menunjang proses pembelajaran dan pendidikan di sekolah.
Motto : Genggam Dunia dengan Membaca
E. Penutup
Perlu kita yakini bersama bahwa optimalnya peran dan perpustakaan sekolah
akan melapangkan jalan menuju tujuan pembelajaran serta meningkatkan kualitas
proses dan hasil pembelajaran. Akhirnya, kita harus segera sadar dan bertindak
untuk menghidupkan perpustakaan kita. Mengembangkan dan memberdayakan
perpustakaan sekolah harus menjadi program dan komitmen bersama yang harus
disegerakan. Beribu wacana dan cara telah kita miliki, mari buktikan komitmen
kita bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Hanifah, dkk. (2006). Courseparck
on Teacher Librarianship (Terjemahan). Yogyakarta : Jurusan IPI Fakultas
Adab UIN Sunan Kalijaga.
Hernowo. Agar Perpustakaan Tak Jadi Kuburan. http://www.mizan.com/portal/template/BacaArtikel/kodeart/1031
http://www.islamic-bookfair.com/opini-pilihan/263-kemampuan-baca-orang-indonesia-payah.html (Termuat di
Koran Tempo, Sabtu, 22 Oktober 2011)
Ibrahim Badafal. (1999). Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Bumi
Aksara
SMA Negeri 1 Yogyakarta. (2010).10 Langkah Meningkatkan Minat Baca di
Perpustakaan SMA Negeri 1 Yogyakarta . Perpustakaan SMA Negeri 1 Yogyakarta ,2010
Profil Perpustakaan SMA Negeri 1 Yogyakarta . Yogyakarta : SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA, 2011
[1]
Makalah ini disusun sebagai syarat mengikuti Workshop persiapan Konggres IASL
2012, Pada tanggal 15-18 Oktober 2012 di Hotel Grand Jaya Raya Cipayung Bogor
[2]
Penulis adalah pustakawan di Perpustakaan SMAN 1 Yogyakarta
[3]
Data diambil dari http://www.islamic-bookfair.com/opini-pilihan/263-kemampuan-baca-orang-indonesia-payah.html
diakses pada tanggal 13 Oktober 2012 jam 9.09
[5]
Banyaknya informasi yang ada di sekeliling masyarakat dengan adanya kemajuan
teknologi informasi
[6]
Menjadi prioritas utama di program sekolah
[7]
Adanya kebijakan dari Kepala sekolah dalam rangkanmeningkatkan kegemaran dan
budaya baca di SMAN 1 Yogyakarta
Komentar
Posting Komentar